IQNA

Pemimpin Revolusi dalam Pertemuan dengan Ribuan Perempuan:

Perspektif Islam terhadap Isu perempuan; Logis dan Argumentatif / Pendekatan Barat Adalah Mencari Keuntungan dan Kesenangan

11:19 - December 28, 2023
Berita ID: 3479412
IQNA - Dalam pertemuan dengan ribuan perempuan dan anak perempuan, Pemimpin Revolusi Islam menyebut pendekatan Islam terhadap isu perempuan logis dan argumentatif, berbeda dengan pendekatan Barat, dan menambahkan: “Masalah perempuan adalah salah satu titik kekuatan Islam, dan kita tidak boleh berpikir bahwa kita harus bertanggung jawab atas masalah perempuan."

Menurut Iqna, menurut basis informasi Kantor Pemimpin Tertinggi, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam atau Rahbar kemarin pagi menemui ribuan perempuan dan anak perempuan untuk menjelaskan pandangan logis dan rasional Islam tentang berbagai dimensi kehadiran perempuan dalam keluarga dan aktivitas mereka yang tidak terbatas dalam masyarakat, politik dan manajemen di berbagai tingkatan. Dan Ia menekankan: Dalam Islam, aktivitas sosial apa pun terbuka bagi perempuan maupun laki-laki, dengan syarat memperhatikan dua hal penting, yaitu masalah keluarga dan menjaga bahaya ketertarikan seksual.

Ayatullah Khamenei, dalam pertemuan ini, yang diadakan pada malam kelahiran Sayyidah Fatimah Az-Zahra (as), menyebut keagungan kepribadian wanita dua alam ini tidak dapat dipahami dan menambahkan: Menurut sebuah hadis shahih, Allah murka atas murka Fatimah (as) dan ridha dengan kebahagiaannya. Mungkin lebih tinggi dari ini, tidak ada keutamaan yang dapat dibayangkan bagi manusia; oleh karena itu, siapa pun yang menginginkan keridhaan Tuhan harus mengikuti anjuran, hikmah dan arahan beliau dalam keluarga dan kedudukannya sebagai anak perempuan, ibu, istri, serta dalam bidang kemasyarakatan dan politik.

Ia menilai identitas, nilai, hak, kewajiban, kebebasan dan batasan perempuan merupakan isu yang vital dan sangat menentukan dan mengatakan bahwa ada dua pendekatan umum di dunia, Barat dan Islam, yang saling bertentangan.

Menunjuk pada sikap peradaban dan sistem budaya Barat yang menghindari diskusi mengenai isu-isu penting perempuan, Pemimpin Revolusi Islam menambahkan: Orang-orang Barat, karena mereka tidak mempunyai logika mengenai perempuan, mencoba menyampaikan pendapat mereka dengan kontroversi dan hoaks, membeli tokoh-tokoh politik dan non-politik, penggunaan instrumen seni dan sastra serta ruang virtual, dan mendominasi pusat-pusat internasional yang berkaitan dengan perempuan.

Ayatullah Khamenei, mengacu pada statistik resmi korupsi moral yang mengerikan di Barat, mengatakan: “Mengapa setiap masalah yang menghancurkan keluarga menjadi lebih menonjol di Barat, dan di sisi lain, tidak ada kecaman atau tindakan serius terhadap para pelaku pelanggar wanita berkerudung.”

Menurutnya, pendekatan Islam terhadap isu perempuan logis dan masuk akal, justru berlawanan dengan pendekatan Barat, dan menambahkan: Isu perempuan adalah salah satu kekuatan Islam, dan kita tidak boleh berpikir bahwa kita harus bertanggung jawab atas isu perempuan.

Pemimpin Revolusi Islam memandang kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam masalah martabat dan nilai-nilai kemanusiaan sebagai salah satu komponen logika Islam yang kuat dan rasional dan mengatakan, dalam nilai-nilai kemanusiaan dan kenaikan spiritual, laki-laki dan perempuan sama sekali tidak mempunyai keutamaan satu sama lain dan sama-sama mempunyai bakat yang sama dan jumlah usaha yang sama, mereka mampu melalui tahapan kenaikan spiritual.

“Dalam bidang spiritual, bahkan Allah terkadang lebih memilih perempuan daripada laki-laki dalam Alquran dan memperkenalkan perempuan seperti istri Firaun dan Maryam sebagai panutan bagi semua orang beriman, yang meniadakan superioritas laki-laki karena syarat materi dan fisiknya,” imbuhnya.

Beliau menyebut kehadiran dalam masyarakat dan tanggung jawab sosial di antara bidang-bidang lain yang setara dengan peran laki-laki dan perempuan dan menambahkan: Menurut Imam yang terhormat, keterlibatan dalam politik dan nilai-nilai dasar negara adalah hak dan kewajiban perempuan, selain menurut riwayat, mengurusi urusan kemasyarakatan, termasuk ketekunan urusan umat Islam, seperti persoalan Gaza saat ini, adalah kewajiban setiap orang, sehingga tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam arti tugas dan tanggung jawab publik.

Pemimpin Revolusi Islam memandang tugas keluarga sebagai kategori di mana laki-laki dan perempuan mempunyai tugas yang berbeda sesuai dengan kemampuan dan kapasitas fisik dan mental, dan menambahkan: Berdasarkan hal tersebut, slogan “kesetaraan gender” yang diungkapkan sebagian orang dalam sebuah yang absolut adalah salah, dan yang benar adalah “keadilan gender”.

Menyinggung adanya pertanyaan tentang kehadiran perempuan di berbagai pekerjaan dan administrasi sosial dan pemerintahan, Rahbar menegaskan: “Gender juga tidak menjadi isu di bidang ini, dan tidak ada batasan terhadap kehadiran perempuan.”

Pemimpin revolusi menganggap meritokrasi sebagai satu-satunya kriteria untuk memberikan tanggung jawab sosial dan politik kepada laki-laki dan perempuan.

Setelah menekankan pada pelaksanaan tugas-tugas keluarga perempuan, ia menganggap sensitivitas Islam yang kedua dalam isu kehadiran sosial perempuan adalah bahaya dan lereng licin dari ketertarikan seksual dan berkata: “Salah satu aspek penekanan Islam pada jilbab adalah membatasi bahaya ketertarikan seksual, dan kepekaan ini harus dihormati. Oleh karena itu, berhijab bukanlah suatu kekurangan, melainkan semacam keistimewaan dan menjaga keamanan perempuan.”

Pemimpin revolusi ini memandang peran seorang ibu sebagai peran yang paling penting dan terbaik dalam penciptaan manusia karena merupakan jaminan keberlangsungan generasi dan kehidupan manusia.

Menurutnya, kemajuan perempuan di berbagai bidang ilmu pengetahuan, sastra, olah raga dan seni pada masa Republik Islam lebih dari sepuluh kali lipat sebelum revolusi. (HRY)

 

​4190203

captcha